Ritual yang cukup prestisius ini dipercaya bisa digunakan sebagai tolak balak maupun keberuntungan.
Prosesi upacara diawali dengan selamatan di tengah jalan utama desa. Semua panganan diletakkan di atas tikar, lembar-lembar daun, nasi tumpeng di atas ancak (tempat yang terbuat dari batang daun pisang dan bambu). Lengkap dengan lauk pauk dan sayur yang ditata dalam takir (tempat yang terbuat dari daun pisang) serta masakan khas pecel pitik (ayam panggang yang diurap kelapa) telah siap.
Seluruh elemen kampung terlibat, dari orang dewasa hingga anak-anak. Doa dipimpin oleh tokoh agama Kyai, kemudian nasi tumpeng dan kue dibagikan kepada para pengunjung dan warga setempat sebagai berkat. Tiap-tiap warga menyiapkan kue untuk para kerabat atau pengunjung yang datang.
Selanjutnya acara Ider bumi (prosesi mengelilingi kampung dari hilir hingga ke hulu kampung). Upacara bersama ini begitu unik dan menarik sekaligus memiliki dimensi dari masyarakat yang akar kepercayaan agraris dan spiritualnya masih kuat.
Acara ritual ini melibatkan seluruh elemen di kampung, mulai dari laki-laki, perempuan, tua-muda, dan anak-anak sampai sanak famili yang berada di luar kampung. Bahkan hampir seluruh kesenian adat yang ada di Banyuwangi juga terlibat.
Ada gandrung, barong, janger, patrol, balaganjur, angklung paglak, jaranan, kuntulan, dan wayang kulit. Upacara ini tidak melulu seni pertunjukan terpadu tapi juga sebagai seni instalasi komunal yang memperlihatkan energi kualitas dan spiritual bersama.
Pada acara Ider Bumi, ritual Kebo-Keboan ini diawali dengan visualisasi Dewi Sri (Dewi Padi) yang ditandu oleh beberapa pengawal dengan pakaian khas. Puluhan laki-laki bertubuh kekar dengan dandanan dan bertingkah aneh seperti kerbau dihalau oleh para petani yang membawa hasil panennya. Suasana kian meriah karena diiringi alunan musik tradisional khas Using yang hinggar binggar.
Pada bagian akhir upacara adalah prosesi membajak sawah dan menanam bibit padi. Para kerbau manusia seperti kesurupan mengejar siapapun yang mengambil bibit padi yang ditanam. Masyarakat berebut, ikut berkelit untuk mendapatkan bibit padi itu karena dipercaya bisa digunakan sebagai tolak bala maupun keberuntungan. Kegiatan berakhir pada tengah hari. Sementara pada sore hari dan malam hari, kesenian tradisional disajikan, termasuk pementasan wayang kulit senuilam suntuk.
Ritual Kebo-Keboan adalah salah satu ragam seni budaya tradisi Banyuwangi disamping Ritual Seblang, Petik Laut, Rebo Pungkasan, Endog-endogan, Barong Ider Bumi yang telah diagendakan secara rutin oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Anda ingin berwisata budaya menyaksikan ritual Kebo-Keboan ini, datang saja ke Jawa Timur, tepatnya di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi. Waktu kunjungan yang tepat pada setiap bulan Suro/Muharam (Kalender Islam), biasanya setelah panen padi atau menjelang musim tanam.
semoga bermanfaat
sumber :
http://arsiptravel.blogspot.com/2013/05/wisata-tradisi-kebo-keboan-untuk.html